Indonesia adalah negeri yang memiliki
lebih dari 13 ribu pulau, terdiri dari 5 kepulauan besar dan 30 kelompok
kepulauan kecil. Indonesia adalah tempat dimana segala pesona wisata
akan ditemukan mulai dari alam, budaya, hingga seni kerajinan yang
dihasilkan oleh masyarakatnya dengan memberdayakan sumber daya alam
setempat.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kota
Sabang, Zulfi Purnawati, pesona alam Indonesia diibaratkan seperti pohon
kelapa yang tumbuh dari Sabang hingga Merauke. Apapun yang dimilikinya
dapat dikelola agar bisa bermanfaat bagi orang banyak.
"Pohon kelapa bisa jadi apa saja,
daunnya bisa dijadikan sapu lidi, batangnya bisa dijadikan perabotan
rumah tangga, buahnya juga bisa dijadikan sabut, sumber daya alam
Indonesia tidak terhingga, ini yang membuat kita unggul dari negara
tetangga," jelas Zulfi Purnawati kepada Indonesia.travel, Senin (22/12).
Belum lagi, Indonesia juga memiliki
pantai-pantai yang indah, rotan dan hutan-hutan yang masih sehat. Lanjut
Zulfi, namun Indonesia harus masih banyak belajar kepada negara
tetangga untuk mengemas itu semua. Pesona Indonesia harus dikemas
semenarik mungkin dengan mendalami hobbi dan minat wisatawan. Sebagai
satu-satunya kawasan wisata di Provinsi Aceh yang termasuk dalam 25
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), Pemerintah Kota Sabang
sendiri sudah mengerahkan dukungan penuh untuk mengemas pariwisata di
Sabang.
“Pemerintah daerah sudah habis-habisan
mengembangkan pariwisata di sini tetapi mungkin pusat belum melirik dan
masih banyak mengembangkan daerah timur. Saya harapkan kita bisa
bersama-sama membangun pariwisata di Sabang karena daerah ini memiliki
potensi yang sangat besar mulai dari alam hingga heritage,” tambah
Zulfi.
Awal September 2014, Pemerintah Kota
Sabang juga baru saja meluncurkan Forum Tata Kelola Pariwisata (FTKP)
Sabang agar dapat mengoptimalkan dan mengsinergiskan pengembangan
Pariwisata Sabang di tahun 2015.
Sementara itu dari wilayah timur
Indonesia, pesona budaya Negara ini sebenarnya sudah mulai dikenal di
kawasan Asia Pasifik sejak 1950. Kabupaten Pulau Morotai di Maluku
Utara, dahulu merupakan kawasan dimana pertempuran Perang Dunia II
terjadi. Ketika itu tentara Amerika Serikat dan Australia mendarat di
Morotai bagian barat daya untuk membebaskan Filipina. Didukung oleh
kekayaan rempah-rempahnya, Maluku Utara kemudian dikenal di kawasan Asia
Pasifik sebagai daerah yang menyimpan situs-situs Perang Dunia II.
Marwan Sidasi, Kepala Dinas Pariwisata
Kabupaten Pulau Morotai mengatakan, pesona budaya Maluku Utara seperti
itu yang harus dikembangkan oleh Pemerintah Pusat. Pariwisata
membutuhkan pembangunan fisik dan promosi di semua wilayah, tidak hanya
fokus di titik-titik tertentu seperti Jakarta dan Bali saja.
“Setiap kabupaten/kota memiliki ciri
khas tersendiri yang harus dibangun dan dipromosikan. Kami membutuhkan
sharing program dengan Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Pusat agar
tidak tumpang tindih,” jelas Marwan.
Provinsi Banten tidak kalah memukau
dari sisi budaya. Keterikatan provinsi ini dengan Jawa Barat telah
melahirkan keanekaragaman akulturasi budaya. Kabupaten Lebak banyak
tersentuh dengan budaya Jawa Barat, berbeda dengan Kota Serang yang
lebih diwarnai dengan tradisi dan sejarah dari Kesultanan Cirebon
sehingga bahasa yang mereka gunakan pun berbeda. Apabila beranjak ke
Kota Tangerang maka budaya yang ditampilkan akan berbeda lagi hasil
akulturasi dari budaya cina dan jakarta.
“Tapi semua itu kami jaga, Provinsi
Banten sendiri memiliki 199 sanggar tradisional dan 666 sanggar modern
yang didirikan guna melestarikan tradisi yang ada di sini,” kata
Endrawati, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten.
Banten sarat akan wisata religi, juga
menaungi sejarah pembangunan Jalan Anyer-Panarukan karena disini lah
titik nol itu berada. Sejarah Kesultanan Banten menjadi ikon budaya,
bersanding dengan kearifan lokal debus dan tradisi suku Baduy sebagai
pesona provinsi ini. Tak heran jika kemudian wisatawan tidak hanya
datang untuk mengagumi pantai-pantainya yang indah, namun juga menyelami
budayanya. Banyak wisatawan mancanegara yang datang ke sini untuk
melakukan riset.
Menurut Endrawati, hanya saja,
kelemahan Banten adalah infrastruktur yang masih belum maksimal. Tol
Merak memang banyak menolong wisatawan dalam meraih provinsi ini. Namun
jalan di dalam kabupaten/kota Provinsi Banten masih harus terus
diperbaiki.
“Banyak yang masih mengeluhkan
infrastruktur, kalau ditempuh dari Jakarta relatif jauh, misalnya ke
Pantai Sawarna, wisatawan lebih memilih lewat jalur Sukabumi daripada
melewati Serang.
Semua potensi wisata Banten telah
dirangkum ke dalam kalender event 2015 yang belum lama ini diluncurkan
bersama Kementerian Pariwisata. Endrawati berharap bahwa salah satu
event Provinsi Banten bisa ditetapkan menjadi event nasional.
“Satu yang kami harapkan adalah event kami dijadikan event nasional, kami insya Allah siap untuk itu,” lanjut Endrawati.